Guna menentukan berapa jumlah likuiditas yang harus diserap maupun disediakan untuk menjaga keseimbangan supply dan demand, Bank Indonesia perlu menetapkan target operasi moneter setiap harinya. Sebagaimana yang telah disebutkan, target operasi moneter telah mempertimbangkan faktor-faktor autonomus yang berubah-ubah setiap harinya.
Proyeksi Likuiditas
Efektivitas operasi moneter berbasis suku bunga tidak terlepas dari adanya informasi yang handal dan sama kepada seluruh pelaku pasar, sehingga tercipta persepsi yang sama untuk mencapai tujuannya, yaitu terbentuknya suku bunga yang wajar. Oleh karena itu, sejak Oktober 2008 Bank Indonesia mulai mengumumkan kondisi likuiditas perbankan kepada pelaku pasar dan masyarakat sebanyak dua kali setiap harinya melalui website Bank Indonesia, BI-SSSS dan sarana lainnya. Dengan adanya informasi mengenai kondisi likuiditas, diharapkan dapat membantu treasury bank dalam mengelola kebutuhan likuiditasnya dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT).
Pengumuman proyeksi likuiditas meliputi 2 (dua) materi utama yaitu:
- Proyeksi Total Likuiditas Tersedia
Proyeksi Total Likuiditas adalah perkiraan ketersediaan likuiditas rupiah di pasar dan merupakan hasil proyeksi dari net perubahan faktor otonomus yang berperan dalam menambah/mengurangi ketersediaan likuiditas rupiah. Ketersediaan likuiditas rupiah antara lain dipengaruhi oleh net aliran masuk/keluar uang kartal dari/ke sistem perbankan dan mutasi rekening pemerintah di Bank Indonesia), net instrumen Operasi Pasar Terbuka (OPT) jatuh waktu, dan net perubahan saldo giro perbankan di Bank Indonesia.
- Proyeksi Excess Reserve
Proyeksi Excess Reserve adalah selisih antara perkiraan saldo giro perbankan di Bank Indonesia dengan kewajiban pemeliharaan Giro Wajib Minimum (GWM). Proyeksi excess reserve tersebut mencerminkan besarnya likuiditas rupiah yang berada di sistem perbankan setelah dilakukan Operasi Pasar Terbuka
Senin, Juni 07, 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar