Senin, Mei 24, 2010
Dok, Anak saya, giginya belum tumbuh juga?
Seputar pertumbuhan gigi anak dari milis nakita, dengan tajuk : “Dok, Anak saya, giginya belum tumbuh juga?”
Pertanyaan ini kerap diajukan oleh para ibu. Terlebih bila si kecil usianya sudah hampir setahun tapi belum juga tumbuh gigi. Nah, bagaimana sebenarnya pertumbuhan gigi bayi. Sering kita jumpai bayi belum juga tumbuh gigi satu pun padahal usianya sudah hampir setahun. Orang tua pun cemas. Soalnya, bagaimana nanti si bayi bisa makan makanan padat. Namun tak jarang pula kita jumpai bayi yang sudah tumbuh gigi di usia sedini 1-1,5 bulan. Malah ada yang sejak lahir sudah punya gigi. Napoleon Bonaparte, misalnya, begitu lahir sudah punya dua gigi seri bawah. Sebenarnya bagaimana, sih, pertumbuhan gigi bayi? GIGI SUSU Pertumbuhan gigi, terang Prof. DR. Ismu Suharsono Suwelo, Drg, SpKGA., sudah dimulai sejak bayi berada di kandungan, yakni sejak janin berusia 4 minggu sampai bayi lahir. Karena yang dimaksud tumbuh gigi adalah pertumbuhan dari dalam, bukan dalam arti keluar giginya. Sedangkan keluarnya gigi yang terjadi setelah kelahiran disebut erupsi gigi. “Jadi tumbuh gigi dan keluarnya gigi itu berbeda,” jelas Ismu. Gigi, terangnya lebih lanjut, tumbuh dari epitel tulang. Mula-mula yang tumbuh ialah mahkota gigi yang berwarna putih dengan lapisan luar emailnya, lalu ke bawah ada dentin, ke bawahnya lagi ialah benak gigi (pulpa) yang menjadi tempat syaraf dan pembuluh darah, dan yang paling akhir ialah akar gigi. Ada 2 macam gigi, yaitu gigi anak atau gigi susu dan gigi dewasa atau gigi tetap/permanen.
Erupsi atau keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6-8 bulan. Umumnya diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas dan gigi seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu kedua. Tapi erupsinya tak sekaligus, melainkan satu per satu dan kadang ada juga yang sepasang-sepasang. Umumnya ketika anak berusia 1 tahun mempunyai 6-8 gigi susu (tapi kadang ada juga yang hanya 2 gigi walaupun tanpa disertai keluhan pertumbuhan) dan akan menjadi lengkap berjumlah 20 gigi susu (4 gigi seri atas-bawah, 2 gigi taring kanan-kiri di atas-bawah, dan 4 geraham kiri-kanan di atas-bawah) pada usia 18 bulan atau 2 tahun.
CEPAT-LAMBAT ERUPSI
Kendati erupsi gigi pertama terjadi pada usia 6-8 bulan, namun masih belum bisa dikatakan terlambat apabila di atas usia tersebut belum juga keluar gigi pertama. Karena, normalnya erupsi gigi terjadi pada usia 6-12 bulan. Lain halnya bila si anak sudah berusia lebih dari setahun tapi belum juga terjadi erupsi gigi, maka perlu diketahui penyebabnya. “Mungkin keterlambatan itu karena ada kelainan pertumbuhan gigi atau pertumbuhan gigi yang tak sempurna,” ujar Ismu. Misalnya, tak punya benih gigi, sehingga ditunggu sampai usia berapa pun tak akan ada erupsi. “Tentunya kelainan ini akan tetap berlanjut sampai dewasa, ia tak akan mempunyai gigi kecuali bila dibuatkan gigi susu.” Tapi apa faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan pertumbuhan ini, menurut Ismu, tak diketahui secara pasti dan bukan diakibatkan kekurangan suatu zat tertentu. Diduga, kelainan ini hanya ada pada daerah-daerah tertentu seperti pernah ditemui di suatu daerah di Sukabumi. “Ada juga ditemui kasus yang dikarenakan perkawinan, misalnya, keturunan satu kakek.” Sementara erupsi gigi yang terjadi lebih dini juga dikatakan kelainan pertumbuhan, “karena seharusnya, kan, erupsi gigi itu menurut normal perkembangannya. Jadi kalau di luar normal perkembangannya, maka dikatakan ada kelainan,” terang Ismu. Tapi tak semua gigi yang erupsinya lebih dini adalah betul-betul gigi dengan memiliki akar gigi. “Ada juga yang bukan gigi betulan tapi semacam epitel atau tonjolan dari gusi yang keras seperti gigi tapi tak ada akarnya.”
Nah, pada gigi yang erupsi dini ini mesti dilihat apakah mengganggu atau tidak. Kalau dianggap mengganggu, maka mesti dibuang. Tapi kalau tidak, ya, tak apa-apa. Yang dimaksud mengganggu, misalnya, gigi tersebut goyang karena memang belum mantap, sehingga si bayi merasa sakit dan membuatnya rewel. Tentunya kalau gigi tersebut goyang dikhawatirkan akan lepas sendiri sehingga bila tertelan oleh si bayi. Jadi, harus dicabut. Begitupun bila sang gigi membahayakan si ibu pada saat menyusui. Karena gigi tersebut tajam dan akan membahayakan puting susu karena luka gigitan. “Jadi, bila gigi tersebut mengganggu sebaiknya dibuang saja. Toh, nanti akan tumbuh lagi,” kata Ismu. Jika dikatakan bahwa gigi yang erupsinya lebih dini akan lebih cepat membuat si anak jadi ompong, itu karena gigi sudah berada lama dalam mulut sehingga sering terkena susu atau makanan. Hal ini tentunya berisiko besar untuk membuat gigi rusak dan berlubang sehingga cepat ompong bila tak dibersihkan sejak dini. Lagipula, anak kecil, kan, belum bisa membersihkan gigi sendiri. Orang tua pun belum bisa membersihkan gigi anak dengan baik. Nah, faktor itulah yang menyebabkan gigi erupsi lebih dini jadi cepat ompong. Juga tak ada hubungannya sama sekali bila erupsi gigi lebih dini berarti erupsi gigi selanjutnya akan lebih awal pula. “Bisa saja terjadi ada gigi yang erupsi lebih dini dan gigi selanjutnya tak ada karena tak ada benih giginya. Erupsi gigi itu sifatnya tak teratur.”
MERANGSANG ERUPSI GIGI
Biasanya bayi menjadi rewel kala tengah mengalami erupsi gigi. Karena, seperti diterangkan Ismu, erupsi gigi biasanya menimbulkan gejala demam yang tak terlalu tinggi atau dikenal dengan istilah sumeng. “Ini terjadi karena gigi akan menembus lapisan gusi yang keras, sehingga diperlukan suatu energi yang kuat. Nah, reaksi yang ditimbulkan tubuh itulah yang menyebabkan si bayi jadi sumeng.” Selain itu, erupsi gigi juga menimbulkan gejala air liur mengences dan rasa gatal pada gigi. Itulah mengapa si bayi maunya menggigit-gigit sesuatu. Biasanya orang tua memberikan mainan plastik yang tak berbahaya untuk bisa digigit-gigit si bayi. Cara ini ternyata ada manfaatnya karena dapat merangsang erupsi gigi. “Ada suatu refleks yang mempercepat keluarnya gigi. Karena dengan menggigit-gigit, maka gigi yang runcing dari dalam akan menekan-nekan gusi sehingga mempercepat keluarnya gigi,” terang Ismu. Bila tak ada mainan yang bisa digigit, maka bisa diganti dengan wortel. Karena wortel agak keras, tak mudah putus dan yang pasti lebih murah. Untuk merangsang erupsi gigi juga harus diperhatikan makanan yang dikonsumi bayi. Makanan tersebut harus mengikuti aturan dari dokter anak. Misalnya, kapan saja diberikan makanan cair, makanan setengah padat dan makanan padat. “Pemberian makanan yang cukup sesuai aturan sebetulnya untuk memenuhi nutrisinya. Nutrisi ini berguna untuk tumbuh kembang dan merangsang pertumbuhan gigi dari dalam,” tutur Ismu. Pemberian vitamin untuk merangsang pertumbuhan gigi pada bayi juga bisa dilakukan sesuai anjuran dokter. “Ada zat yang dapat memperkuat gigi bayi, menjaga dan mencegah kerusakan gigi, yaitu zat fluor. Zat ini bisa diberikan pada ibu hamil sampai bayi lahir hingga berusia 10 tahun.”
RAJIN MEMBERSIHKAN GIGI
Sejak erupsi gigi yang pertama orang tua harus membersihkan gigi tersebut setiap habis menyusui, karena susu bisa menempel pada gigi dan berbahaya bagi kesehatan gigi. “Nanti di usia 1-2 tahun giginya bisa rusak dan berlubang kalau tak dibersihkan sejak awal,” kata Ismu. Juga bisa sampai berwarna hitam karena pengaruh dari sisa-sisa makanan yang menempel. Nah, kalau ini yang terjadi, berarti sudah ada kelainan. Sebetulnya, lanjut Ismu, sebelum gigi erupsi pun si bayi sebaiknya sudah diajarkan merawat gigi. Caranya dengan orang tua membersihkan gusi-gusi si bayi pakai kain kasa atau kapas yang dibasahi air matang. Posisi yang paling enak dengan memangku si bayi dan mendekap kepalanya ke dada ibu. Setelah giginya erupsi, gunakan sikat gigi khusus bayi. Sedikitnya dibersihkan sekali sehari tanpa memakai pasta gigi, dengan posisi kepala si bayi di pangkuan ibu. Setelah anak bisa berjalan barulah diajarkan menyikat gigi sendiri. Posisinya, ibu di belakang anak dan membantu anak menyikat gigi dari belakang. Gunakan sikat gigi khusus anak sesuai usianya dan pasta gigi yang mengandung fluor namun rasanya tak manis. Lakukan 2 kali sehari, sehabis makan pagi dan mau tidur malam. Pesan Ismu, orang tua sebaiknya memilih model sikat gigi maupun pastanya menurut kesukaan anak. Kemudian cara menyikat giginya yang penting adalah bersih. Anak dibantu dalam menyikat gigi sampai kemudian ia bisa dilepaskan sendiri untuk menyikat gigi. “Sebaiknya kebiasaan membersihkan gigi ditanamkan oleh orang tua sejak dini, sehingga kelak dengan sendirinya kebiasaan ini akan terbentuk dalam diri anak,” nasihat Ismu. Dedeh kurniasih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar